Gambar 1. Presentasi oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi mengenai Indonesia Action Plan “Zero Routine Flaring 2030”

Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) diundang ke sebuah Focus Group Discussion (FGD) mengenai Percepatan Pemanfaatan Gas Suar Bakar di Indonesia menuju Zero Routine Flaring (ZRF) 2030. FGD tersebut diadakan pada 23 Agustus 2019 di Institut Teknologi Bandung (ITB), dikoordinasikan oleh Center of Excellence Indonesia. Sesi presentasi dibagi ke dalam tiga bagian. Presentasi pertama dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, lalu dilanjutkan oleh World Bank, dan ditutup dengan presentasi produsen gas suar bakar, termasuk Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap, BP Berau Ltd., ExxonMobil Cepu Ltd., Asset – 3 PT Pertamina EP Jatibarang Field, dan Joint Operating Body (JOB) Pertamina Medco E&P Tomori Sulawesi.

Presentasi pertama oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi menekankan pada peraturan yang ada tentang gas suar bakar dan kerjasama antara Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dan ITB saat ini. Kerjasama tersebut dimaksudkan untuk mengumpulkan seluruh data gas suar bakar di Indonesia sehingga dapat diugunakan untuk analisa ekonomi oleh Lemigas dan World Bank. Presentasi selanjutnya disampaikann dari World Bank. Dalam presentasi tersebut, mereka menyampaikan rencana model dari Monetizing Associated Gas (MAG). World Bank juga menjelaskan salah satu program mereka yaitu Global Gas Flaring Reduction Partnership (GGFR) yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan gas alam terkait dengan produksi minyak.

Sesi presentasi terakhir disampaikan oleh para pemain minyak dan gas bumi. Mereka menunjukkan kegiatan pembakaran gas suar bakar, pemanfaatan gas suar bakar, serta tantangan untuk mengeliminasi pembakaran gas suar bakar. Pembakaran gas suar bakar yang rutin dari perusahaan-perusahaan tersebut tidak signifikan, namun terdapat kegiatan pembakaran lainnya seperti safety purpose flaring dan non-routine flaring. Lebih jauh lagi, pemanfaatan gas suar bakar yang paling umum adalah penggunaan pribadi, baik untuk pembangkit listrik di fasilitas atau penginjeksian kembali dalam pemeliharaan tekanan reservoir. Masih terasa sulit untuk mencari penggunaan gas suar bakar lainnya selain penggunaan pribadi. Komersialisasi gas suar bakar masih sulit diakibatkan oleh lokasinya yang tersebar di seluruh lapangan, volume yang fluktuatif, dan kemungkinan tingginya kandungan CO2, sehingga tidak ekonomis untuk penjualan.

Berita sebelumyaDiskusi Panel Sustainable Geothermal Energy
Artikulli tjetërKejuaraan Catur Junior Ke-4 “Piala Purnomo Yusgiantoro”

BERIKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini