Gambar 1.Dokumentasi International Student Energy Summit (SES) 2019
Sebagai salah satu pusat penelitian energi di Indonesia, PYC memiliki tujuan untuk berpartisipasi aktif dalam program energi berskala global. International Student Energy Summit (SES) merupakan acara dua tahunan yang diadakan oleh Student Energy dengan tujuan memberdayakan generasi muda yang memiliki keinginan untuk mempercepat transisi energi demi masa depan yang berkelanjutan. SES diadakan pertama kali di Bali, Indonesia pada tahun 2015 yang dimulai oleh inisiasi Prof. Purnomo Yusgiantoro sebagai dewan penasihat,.
Tahun ini, Prof. Purnomo Yusgiantoro diundang sebagai pembicara pleno tentang “Diversity as a Key: Unlocking Sustainable Future.Diversity as a Key: Unlocking Sustainable Future. (Keberagaman sebagai Kunci: Membuka Masa Depan yang Berkelanjutan.)” Acara ini diadakan di Imperial College London pada 17-20 Juli 2019 dan dihadiri oleh lebih dari 700 siswa dan profesional muda dari seluruh dunia. Bersama dengan Prof. Purnomo Yusgiantoro, PYC juga mengirim tiga delegasi untuk menghadiri SES, yaitu Massita Ayu Cindy dan Diwangkara Bagus Nugraha sebagai peneliti PYC, serta Muhammad Indra al Irsyad sebagai pemenang PYC Paper Competition. Ada juga 11 delegasi Indonesia lain yang bergabung dalam acara SES yang mewakili berbagai lembaga.
Dalam acara ini terdapat berbagai program, seperti sesi pleno, presentasi mahasiswa, innovation jam, presentasi poster, dan lokakarya untuk memfasilitasi diskusi antar delegasi dan memperluas perspektif mereka mengenai masalah energi di seluruh dunia. Salah satu faktor terpenting yang harus dipertimbangkan dalam transisi energi adalah keterjangkauan harga energi, terutama untuk negara-negara berkembang. Meskipun penting untuk mengharuskan energi bersih sebagai tujuan utama untuk masa depan yang berkelanjutan, berdasarkan Maslow Theory, ada orang-orang yang masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, air, kehangatan dan kenyamanan. Pada tahap tersebut, hampir tidak mungkin untuk menempatkan pertimbangan energi berkelanjutan dalam kegiatan mereka sehari-hari. Dalam hal ini, energi fosil kemungkinan masih akan mendominasi campuran energi secara global di masa depan karena energi tersebut merupakan sumber energi termurah sehubungan dengan kematangan teknologi dibandingkan dengan energi terbarukan. Meskipun beberapa biaya energi terbarukan terus menurun, misalnya, pembangkit listrik tenaga surya dan angin, energi seperti ini memiliki ketergantungan pada potensi spesifik suatu daerah dan juga memiliki masalah intermitensi. Karena itu, penting untuk merancang transisi energi inklusif dengan hati-hati di mana setiap orang, terlepas dari lokasi, pendapatan, ras, jenis kelamin, dan latar belakang, dapat mengakses energi bersih dengan mudah.