Gambar 1.Senior Director of BCG Center for Energy Impact, Jamie Webster, memimpin Sesi Diskusi (FGD).
Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) diundang untuk menghadiri Diskusi Terarah )Focus Group Discussion (FGD)) yang diselenggarakan oleh Pertamina pada hari Selasa, 19 November 2019. Tema dari diskusi tersebut adalah ekonomi energi. Adapun peserta lain yang menghadiri acara ini adalah para pakar dari dalam negeri dan luar negeri. Lembaga domestik yang turut hadir terdiri dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia, Bank Indonesia, dan SKK Migas. Sementara lembaga asing yang turut berpartisipasi dalam forum diskusi ini meliputi PETRONAS, PTT Thailand, Petrovietnam, dan BCG Center for Energy Impact.
Ada beberapa poin penting yang dapat ditarik dari sesi diskusi tersebut. Pertama, sebagian besar ahli setuju bahwa ekonomi dunia dan regional masih diselimuti ketidakpastian dan dibayangi oleh potensi resesi yang kemungkinan terjadi dalam jangka waktu menengah (sekitar 18 bulan). Kedua, masih banyak pihak yang merasa optimis terkait kondisi ekonomi baik regional maupun nasional dalam menghadapi potensi resesi global. Ketiga, pentingnya percepatan investasi asing atau Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia. Salah satu sektor yang dapat dieksplorasi lebih dalam adalah investasi yang berorientasi dalam sektor ekspor. Sektor ini seharusnya menjadi prioritas untuk mengatasi masalah defisit akun saat ini.
Keempat, lebih mengutamakan memberikan subsidi langsung kepada masyarakat dari kelompok miskin daripada subsidi untuk komoditi. Dengan cara ini, subsidi akan mencapai target yang diinginkan dan dapat memperketat pengeluaran subsidi yang cukup tinggi yang terjadi saat ini, terutama subsidi energi. Kelima, adanya kekhawatiran terhadap kesiapan industri domestik untuk memanfaatkan transisi EV. Keenam, masalah transisi energi seharusnya dikelola dengan lebih baik dengan mencanangkan rencana jangka pendek dan jangka panjang. Fokus jangka pendek sebaiknya lebih mengarah kepada infrastruktur fosil, dimana batu bara, minyak dan gas masih akan tetap merupakan sumber energi utama di Indonesia. Pada saat bersamaan, Indonesia juga harus mengembangkan energi yang dapat diperbaharui dengan memfokuskan pada energi yang paling menjanjikan dalam hal sumber daya, biaya, dan keandalan.