Gambar 1. Webinar terakhir dari serial webinar Hari Ulang Tahun PYC ke-4: “Reformasi Pendidikan Pasca-Pandemi COVID-19”
Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) mengadakan serangkaian acara seminar daring (webinar) bulan ini untuk memperingati ulang tahun yang ke-4. Webinar kali ini adalah webinar ketiga dan terakhir dalam series ini dan disiarkan langsung melalui saluran YouTube resmi PYC pada 27 Juni 2020 mulai pukul 13:00—15:20 WIB. Webinar yang mengusung tema “Reformasi Pendidikan Pasca-Pandemi COVID-19” menampilkan empat orang narasumber, yaitu Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2011-2014, Wiendu Nuryanti, Praktisi Pendidikan Arief Rachman, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi, Psikolog Elizabeth Santosa, serta sebagai moderator Amelia Yusgiantoro yang merupakan Sekretaris Umum Purnomo Yusgiantoro Center. Acara dibuka oleh Anggota Dewan Pembina PYC, Luky Yusgiantoro, Ph.D.
Dalam sambutan pembukaannya, Luky menjelaskan bahwa aset paling penting dan berharga yang dimiliki oleh negara adalah sumber daya manusia. Beliau juga menyebutkan bonus demografi yang akan terjadi pada tahun 2030, di mana jumlah usia produktif lebih tinggi. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan.
Sesi panel pertama diawali oleh Wiendu Nuryanti yang menjelaskan tiga hal yang menjadi penggerak reformasi pendidikan, yaitu digital learning, freedom to learn, dan character building. Presentasi kemudian dilanjutkan oleh Prof. Arief Rachman yang dengan penuh semangat menekankan pentingnya dukungan orang tua untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak. Arief juga mengingatkan orang tua dan guru untuk selalu melandasi proses belajar dengan cinta. Pemaparan ketiga disampaikan oleh Kak Seto. Ia menjelaskan bahwa anak memiliki hak-hak dasar, salah satunya hak mendapatkan pendidikan. Kak Seto juga mengatakan bahwa sistem pendidikan saat ini harus lebih menekankan pada pendidikan karakter. Beliau mengatakan bahwa kunci untuk mendidik anak adalah kreativitas. Contohnya dengan menggunakan lagu sehingga menciptakan kehangatan antara guru atau orangtua dengan anak. Pemaparan terakhir disampaikan oleh Elizabeth Santosa. Lizzie, panggilan akrab Elizabeth, mengatakan bahwa anak-anak cukup kesulitan untuk mengikuti pembelajaran online dikarenakan efek dari long term quarantine. Anak-anak mulai resah karena tidak bisa belajar di sekolah dan bertemu dengan teman-temannya. Oleh karena itu, orang tua berperan penting untuk memberikan pengertian tentang keadaan yang terjadi saat ini. Lizzie lalu memberikan tips bagi para orang tua untuk menciptakan suasana yang nyaman dan aman di rumah untuk belajar bagi anak.
Pada akhir acara, Amelia Yusgiantoro, Sekretaris PYC, moderator diskusi, menyimpulkan bahwa terlepas dari ada atau tidaknya pandemi, pendidikan Indonesia harus bertransformasi. Pemerintah harus melakukan intervensi kebijakan dan inovasi teknologi. Selain itu juga dukungan orang tua sangat diperlukan dalam membantu pendidikan anak baik itu pendidikan selama di rumah (pandemi), maupun ketika nanti kembali normal. Keteladanan dan prinsip pendidikan dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, perlu untuk terus diterapkan hingga saat ini.