Gambar 1 Kunjungan ke kantor PLN Area Sorong.
Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) melakukan penelitian lapangan ke Sorong, Provinsi Papua Barat, Indonesia pada tanggal 28 Juni 2018. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mendapatkan data studi kelayakan awal instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Hibrida, khususnya data kelistrikan dan meteorologi untuk mengetahui spesifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Hibrida yang akan dipasang.
Tujuan pertama kami adalah kantor Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mendapatkan data umum pembangkit dan konsumsi listrik Sorong. Dalam kunjungan ini, kami mewawancarai salah satu petugas PLN yang menangani data pelanggan dan memahami bahwa pasokan listrik di Sorong disediakan dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel. Pembangkit listrik diesel yang tersedia dikelola oleh PLN dengan penambahan beberapa penghasil listrik independen (Independent Power Producer/IPP) serta penyediaan listrik dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel. Karena Sorong sedang mengalami pembangunan infrastruktur yang pesat, kebutuhan listrik terus meningkat, dan pasokan tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan maksimum. Akibat defisit pasokan, pemadaman bergilir menjadi hal biasa di Sorong. Untuk mengatasi masalah ini, pembangkit listrik tenaga gas akan dibangun di Sorong. Secara umum rasio elektrifikasi di Sorong sudah di atas 80% dengan pelanggan lebih memilih memasang beban 1300 VA. Rasio elektrifikasi yang relatif tinggi didukung oleh beberapa program pemerintah. Beberapa desa di luar Sorong sudah menerima Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) sebagai bagian dari program elektrifikasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Perangkat LTSHE akan mampu memberikan penerangan dan pengisian ponsel ke desa terpencil yang tidak terkoneksi dengan jaringan listrik. Dari kunjungan ke kantor PLN Area Sorong, kami menyimpulkan bahwa pasokan listrik di Sorong sangat bergantung pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Pembangkit listrik yang ada juga tidak dapat menyediakan pasokan listrik yang cukup ke jaringan, sehingga memaksa PLN untuk melakukan pemadaman bergilir. Rencana pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Gas diharapkan dapat menyediakan listrik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sorong.
Gambar 2 Kunjungan ke kantor BMKG Sorong.
Kunjungan kedua kami adalah untuk mendapatkan data meteorologi Sorong. Untuk memperoleh data tersebut, kami mengunjungi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sorong. Kantor agen yang terletak di kompleks Bandara Domine Eduard Osok ini juga bertugas memantau cuaca untuk keperluan penerbangan. Dalam kunjungan tersebut, kami bertemu dengan Kepala Seksi Penerangan BMKG Sorong yang menyambut baik kunjungan kami ke kantor tersebut. Kami mempresentasikan maksud dan tujuan kunjungan kami untuk mengumpulkan data studi kelayakan awal instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya Hibrida di Sorong. Kepala Seksi menjelaskan, secara umum permintaan data meteorologi dan klimatologi akan dibebankan sebagai Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Namun karena datanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian, kepala seksi akan berusaha mengakomodasi permintaan kami karena hal ini adalah untuk kepentingan Indonesia.
Dari kunjungan kami ke Sorong, kami berhasil mengumpulkan informasi dan relasi yang cukup dengan dinas dan instansi terkait. Dengan data yang dikumpulkan selama kunjungan awal kami, kami berharap dapat lebih memahami kebutuhan listrik dan potensi instalasi tenaga surya di Sorong. Kunjungan kami berikutnya akan fokus pada akuisisi data aktual dan survei yang lebih rinci ke area yang ditentukan untuk instalasi sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Hibrida percontohan. Harapannya, proyek percontohan yang direncanakan ini dapat menjadi model bagi sistem pembangkit listrik tenaga hybrida di Indonesia, khususnya di daerah yang mengalami defisit listrik.