Gambar 1. Presentasi dari Prof. Purnomo Yusgiantoro (kiri); Prof. Purnomo Yusgiantoro sedang menerima kenang-kenangan dari Rektor (kanan atas); serta foto bersama antara Pembicara, Moderator, dan Rektor serta mahasiswa Universitas Katolik Santo Thomas Medan (kanan bawah).

Untuk menambah wawasan tentang pengelolaan energi berkelanjutan bagi mahasiswanya, Universitas Katolik Santo Thomas Medan menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “Pengelolaan Sumber Daya Energi Berkelanjutan untuk Ketahanan Nasional” yang bertempat di Gedung Rektorat Universitas Katolik Santo Thomas pada tanggal 25 September 2018. Pembicara utama dan empat pembicara panel diskusi dari berbagai instansi diundang untuk menyampaikan kondisi terkini di bidang energi, baik secara nasional maupun global. Prof. Purnomo Yusgiantoro diundang sebagai pembicara utama, sedangkan Dr. Saleh Abdurrahman (Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional); Gus Irawan Pasaribu (Ketua Komisi VII DPR Bidang Energi, Sumber Daya Mineral, Riset dan Teknologi, Lingkungan Hidup); Fabby Tumewa (Ahli Energi Baru dan Terbarukan (EBT)); dan Danny Praditya (perwakilan dari Perusahaan Gas Negara) diundang sebagai pembicara panel diskusi.

Seminar dibuka oleh Rektor Universitas Katolik Santo Thomas Medan dengan menyapa seluruh pembicara dan undangan. Kemudian dilanjutkan dengan pidato utama oleh Prof. Purnomo Yusgiantoro. Dalam sambutannya, Prof. Purnomo Yusgiantoro memaparkan definisi dasar ketahanan energi nasional dan kondisi dinamis energi terkini di dunia. Sebagai kajian multidisiplin, energi dapat mempengaruhi berbagai sektor seperti politik-keamanan dan sosial-ekonomi. Di bidang politik-keamanan misalnya, isu-isu seperti konflik politik migas timur tengah, konflik perbatasan negara, serta konflik dalam penggunaan nuklir. Sedangkan isu seputar sosial ekonomi, seperti keseimbangan antara penawaran dan permintaan terutama di Asia, pro kontra subsidi energi, masalah lingkungan, serta maraknya pertumbuhan energi baru dan terbarukan. Data dari IEA menunjukkan bahwa pertumbuhan permintaan energi pada tahun 2040 akan sedikit berbeda dengan kondisi saat ini. Saat ini, Tiongkok menduduki posisi pertama sebagai negara dengan permintaan energi tertinggi, namun pada tahun 2040, diperkirakan pertumbuhan permintaan India akan mencapai lebih dari 174 persen dan menjadi negara dengan peningkatan pertumbuhan permintaan tertinggi. Hal menarik lainnya adalah Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat diprediksi mengalami penurunan permintaan energi akibat penerapan regulasi efisiensi energinya. Dari sisi penawaran, diperkirakan meskipun energi baru dan terbarukan mulai tumbuh, energi fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas bumi masih akan mendominasi pasar. Namun ketergantungan pada energi fosil tidak sejalan dengan cadangan minyak, gas, dan batu bara di seluruh dunia. Misalnya, penemuan minyak bumi menurun setiap tahun, sedangkan di sisi lain produksi didorong untuk meningkat setiap tahun untuk memenuhi permintaan minyak. Skenario ini terjadi tidak hanya di subsektor minyak tetapi juga untuk gas dan batu bara. Fakta tersebut membuat negara-negara merumuskan gerakan terbaiknya agar ketahanan energi nasional dapat tercapai, termasuk Indonesia. Ketahanan energi adalah kemampuan untuk mempertahankan faktor eksternal seperti perubahan global serta menjamin ketersediaan energi dengan harga yang wajar (faktor internal). Faktor lain yang disebut “4A + 1S” juga harus menjadi pedoman dalam mengupayakan ketahanan energi nasional. “4A + 1S” adalah singkatan dari Ketersediaan (Availability); Aksesibilitas (Accessibility); Keterjangkauan (Affordability); Akseptabilitas (Acceptability); dan Keberlanjutan (Sustainability). Jika semua faktor di atas dapat ditangani dengan baik oleh suatu negara, negara tersebut telah menjadi bangsa yang mandiri energi.

Usai sambutan dan sesi tanya jawab, Universitas Katolik Santo Thomas memberikan kenang-kenangan sebagai bentuk apresiasi kepada Prof. Purnomo Yusgiantoro. Sebagai gantinya Prof. Purnomo Yusgiantoro selaku pendiri PYC memberikan beberapa buku untuk perpustakaan universitas. Pada sesi selanjutnya, Dr. Saleh Abdurrahman dan Bapak Gus Irawann Pasaribu selaku perwakilan pemegang kepentingan memaparkan kondisi energi nasional saat ini. Dan sesi diskusi terakhir, Bapak Fabby Tumiwa dan Bapak Danny Praditya mempresentasikan tentang pengembangan Gas dan EBT, karena kedua jenis energi ini diprediksi akan menjadi energi masa depan.

Berita sebelumya[IEECCE 2018] Transformasi Energi Global yang Mengubah Industri, Bangunan, Mobilitas Menuju Keberlanjutan
Artikulli tjetërKnowledge Sharing Series ke-3 PYC – Outlook Kebijakan ESDM untuk Kedaulatan Energi Indonesia

BERIKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini