Gambar 1 Sesi panel pertama bersama Ibu Emma Rachmawati (Direktur Mitigasi Perubahan Iklim – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Ibu Soma Dutta (Koordinator Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan ENERGIA), Ibu Janske van Ejick (Sustainable Business Practices Consultant of Enclude), Ibu Ratnawanti Muyanto (Peneliti HIVOS), dan Ibu Maria Hartiningsih (Kompas) (Kiri ke kanan).
Dialog kebijakan bertajuk “Kesempatan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dalam Transisi Ekonomi Rendah Karbon” diselenggarakan oleh Millennium Challenge Account – Indonesia (MCA-I) pada hari Kamis, 15 Maret 2018 yang bertempat di Pullman Hotel, Jakarta.
Tujuan dari penyelenggaraan dialog ini adalah untuk (a) mempresentasikan hasil dari Studi Kebijakan dalam Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Rendah Karbon, Proyek Green Prosperity atau kemakmuran hijau, oleh MCA-I; (b) berbagi pengalaman baik dalam praktek internasional maupun praktek nasional yang berhubungan dengan pemberdayaan ekonomi perempuan dalam sektor emisi rendah karbon sebagai pembelajaran dan rekomendasi kebijakan; dan (c) mendiskusikan langkah-langkah yang akan diambil bersama pihak terkait dengan pemberdayaan ekonomi perempuan dalam aktivitas ekonomi rendah karbon.
Dialog tersebut dibagi dalam dua sesi diskusi panel. Sesi panel pertama dipimpin oleh Ibu Maria Hartiningsih (Kompas) yang berperan sebagai moderator. Pembicara pertama adalah Ibu Ratnawanti Muyanto (Peneliti HIVOS). Ia mempresentasikan hasil studi yang menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan multidimensi, seperti proyek Green Prosperity, yang dikembangkan oleh MCA-I telah memberikan keuntungan ekonomi terhadap masyarakat. Presentasi tersebut kemudian dilanjutkan oleh Ibu Soma Dutta (Koordinator Program Pemberdayaan Ekonomi Perempuan ENERGIA). Ia menggaris bawahi apa yang semestinya menjadi prioritas pemerintah untuk maju dan mencapai pengarusutamaan gender dalam mengakses energi, yaitu (a) membuat kebijakan di sektor energi yang tanggap terhadap gender melalui advokasi kebijakan berbasis bukti; (b) menanam saham dalam teknologi energi terdesentralisasi; (c) akses finansial merupakan suatu keharusan; (d) meningkatkan kewirausahaan energi wanita; dan (e) memasukkan pengumpulan dan analisis data yang dipisahkan berdasarkan gender. Sementara itu, Ibu Janske van Ejick (Sustainable Business Practices Consultant of Enclude) menyampaikan pentingnya pengarusutamaan gender dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, karena di zaman sekarang ini perempuan memiliki peranan penting dalam pengelolaan sumber daya berkelanjutan. Pembicara terakhir adala Ibu Emma Rachmawati (Direktur Mitigasi Perubahan Iklim – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Ia menitikberatkan bahwa perempuan memiliki potensi sebagai pemimpin masyarakat dan akan membawa perubahan pada masa depan rendah karbon.
Selepas makan siang, sesi panel kedua dipimpin oleh Ibu Yanti Lascana (HIVOS) sebagai moderator. Para pembicara di sesi ini terdiri dari Ibu Woro Srihastuti Sulistyanigrum (Direktur Keluarga, Anak, Pemuda dan Olahraga – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional), Ibu Sri Asih Rohmani (Kementerian Pertanian), Ibu Yuni Kurniati (Kepala Bidang Sosial dan Ekonomi – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah), dan Ibu Ciput (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak). Kesimpulan dari diskusi ini adalah bahwa Indonesia sudah menerapkan pengarusutamaan gender di beberapa kementerian. Namun, pemerintah masih harus memperbaiki integrasi dalam pengarusutamaan gender pada ekonomi rendah karbon. Acara ini ditutup oleh pembicara utama, yakni Prof. Dr. Sulistyowati Irianto (Universitas Indonesia). Ia menekankan pentingnya pendekatan interdisipliner untuk mencapai keseimbangan akses pada pemberdayaan perempuan. Selain itu, kerangka kebijakan seharusnya didasarkan pada ilmu pasti dan hasil penelitian multidisipliner yang menanggapi kepentingan masyarakat di masa depan, terutama untuk melepaskan perempuan dari kemiskinan.