Gambar 1 Presentasi Penelitian Bersama di Aula Universitas Pertahanan Indonesia, pada tanggal 27 Agustus 2018.

Universitas Pertahanan Indonesia atau Indonesia Defense University (IDU), Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), dan International Power Supply (IPS) Bulgaria menyelenggarakan presentasi penelitian bersama dan diskusi pada tanggal 27 Agustus 2018 di Aula Kampus IDU. Acara tersebut merupakan penerapan dari Memorandum of Understanding (MoU), atau nota kesepahaman, antara IDU dan IPS serta piagam kerjasama antara IDU dan PYC. Tema yang diusung adalah “Keuntungan dari Penggunaan Sistem Rumah Tenaga Surya atau Solar Home Systems (SHS) di Sorong, Papua Barat, Indonesia”. Para pembicara terdiri dari Alex Rengelov (Chief Executive Officer IPS Bulgaria) dan Kolonel Laut Dr. Yanif Dwi Kuntjoro, M.Si (Sekretaris Program Studi Ketahanan Energi). Sementara itu bertindak sebagai moderator diskusi, dosen Ketahanan Energi Dr. Rudy Laksmono.

Acara presentasi ini dihadiri oleh sebanyak 35 peserta dari berbagai lembaga seperti Markas Besar Tentara Indonesia, Angkatan Laut Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, perwakilan dari Direktorat Pertahanan – Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan – Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Badan Siber dan Sandi Negara Republik Indonesia, Komunitas Penelitian dan Pengembangan IDU, dosen, dan mahasiswa IDU.

Pembukaan acara dilakukan oleh Dekan Manajemen Pertahanan IDU, Laksamana Muda Sulistiyanto, S.E., M.M., M.Sc., P.S.C.,. Dalam sambutannya, Bapak Sulistiyanto menyatakan bahwa acara ini merupakan program kelanjutan dari MoU atau nota kesepahaman dan piagam kerjasama yang ditandatangani dan disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Selain itu, acara tersebut juga merupakan penerapan dari “Tri Dharma Perguruan Tinggi” oleh IDU, terutama oleh Program Studi Ketahanan Energi.

Acara ini merupakan langkah pertama menuju penelitian lapangan program elektrifikasi di Sorong, Papua Barat. Sebagai informasi tambahan, lokasi penelitian lapangan telah ditentukan. Pangkalan Angkatan Laut 3 Sorong akan menjadi lokasi alternatif untuk aktivitas penelitian. Pilihan ini sejalan dengan Deklarasi Presiden Republik Indonesia No. 12/2012 tentang pembentukan Divisi Infanteri ketiga Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Indonesia, Komando Armada III, Komando Operasi Angkatan Udara III, dan Pangkalan Angkatan Laut 3.

Gambar 2 Dari kiri ke kanan: Kolonel Laut Dr. Yanif Dwi Kuntjoro, M.Si., Dr. Rudy Laksmono, MT and Alexander Rangelov saat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta.

Kolonel Laut Dr. Yanif Dwi Kuntjoro, M.Si., sebagai ketua tim penelitian bersama menjelaskan teritori Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam hal energi terbarukan, terutama di wilayah timur. Di wilayah ini sumber daya energi surya sangat berlimpah dan dapat dieksploitasi untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Ia menambahkan bahwa Electrification Ratio (ER) atau rasio elektrifikasi nasional mencapai 95,35% pada tahun 2017, akan tetapi di beberapa daerah, tingkat elektrifikasi masih rendah, seperti di Sorong Papua Barat (ER 61,42%) dan Atambua Nusa Tenggara Timur (ER 59,85%).

Alexander Rangelov menekankan bahwa SHS merupakan sistem tenaga surya mandiri yang dapat dikombinasikan dengan sumber daya energi cadangan seperti PLN (Perusahaan Listrik Negara). Ia menyatakan bahwa IPS Bulgaria mengembangkan teknologi hibrida dan sistem pembangkit listrik off-grid. Ia berpendapat bahwa IPS Bulgaria memiliki pengalaman dalam penelitian dan pengembangan serta dalam teknologi produksi konversi energi, terutama dalam bidang teknologi surya. Teknologi dari IPS tersebut sangat cocok untuk diterapkan di negara kepulauan seperti Indonesia. Teknologi yang lebih dikenal dengan nama EXERON ini memiliki sistem cloud monitoring yang berguna dalam mengawasi kondisi dari PV surya dan baterai serta mengawasi kinerja sistem dari manapun di seluruh penjuru dunia.

Dalam hal proyek pangkalan militer di daerah terpencil, IPS sudah berpengalaman di Paraguay. Sebelumnya, pangkalan militer hanya menggunakan pembangkit diesel sebagai sumber pembangkit energi. Kemudian, setelah menggunakan teknologi EXERON, penggunaan energi di pangkalan militer Paraguay menjadi lebih efektif dan efisien. Untuk penelitian bersama di Indonesia, IPS beserta rekan kerja memilih lokasi pangkalan militer di Sorong, Papua Barat. Ia berharap bahwa teknologi EXERON akan memberikan keuntungan dan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan energi di pangkalan militer Sorong.

Berita sebelumyaPemenang PYC 2nd Anniversary Paper Competition: Energy Law, Governance & Policy
Artikulli tjetërDiskusi Kelompok Terfokus PYC – ERIA dalam Kajian Industri Manufaktur: Perspektif Energi

BERIKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini