Gambar 1 Prof Purnomo Yusgiantoro dalam penjelasan kerja sama maritim antara Indonesia dan US.
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington DC, berkolaborasi dengan East-West Center, pada 30 November 2018, mengadakan konferensi kerja sama maritim antara Indonesia dan Amerika Serikat. Konferensi ini diselenggarakan di Jefferson Hall, East-West Center, Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat dengan topik“Developing Indonesia – the United States Maritime Cooperation: Opportunities and Challenges”. Konferensi ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Amerika Serikat, terutama di sektor maritim. Selain itu, konferensi ini juga menggelar diskusi konsep Indo-Pasifik.
Untuk upacara pembukaan konferensi, kegiatan dilaksanakan dengan menanam pohon-pohon Indonesia di Indonesia Garden. Perwakilan dari masing-masing pihak adalah Bapak Budi Bowoleksono sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat dan Dr. Richard R. Vuylsteke sebagai Presiden dari East-West Center. Upacara diiringi oleh tarian Batak sebagai perwakilan dari budaya Sumatra Utara Indonesia. Bapak Budi Bowoleksono mengatakan bahwa Indonesia Garden akan menjadi tempat untuk berbagi pengetahuan dan kebudayaan Indonesia. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya memperkenalkan Indonesia secara global, terutama di Hawaii.
Gambar 2 H.E. Ambassador Budi Bowoleksono (kanan) dan Prof. Purnomo Yusgiantoro (kiri) menerima Ulos, kain tradisional dari Batak, pada kegiatan penanaman pertama dari Indonesia Garden
Setelah itu, konferensi dimulai kembali dengan pidato utama dari Prof. Purnomo Yusgiantoro (pendiri Purnomo Yusgiantoro Center) dengan topik “General Overview of Indonesia – US Maritime Policy: Indonesia’s Maritime Fulcrum”. Ia menekankan peran penting Indonesia dalam kerja sama multilateral Indo-Pasifik. Hingga tahun 2017, terdapat beberapa kerja sama regional termasuk diantaranya adalah Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), East Asia Summit (EAS), Trans-Pacific Partnership (TPP), Regional Comprehensive Partnership (RCEP), Indian Ocean Rim Association (IORA), dan Southeast Asian Nations (ASEAN). Prof. Purnomo Yusgiantoro juga menekankan perubahan terkini dari geoekonomi dan geopolitik di daerah yang berakibat pada bergesernya paradigma, dari konsep Asia-Pasifik menjadi konsep Indo-Pasifik. Kerja sama Indo-Pasifik memberikan peluang besar bagi anggotanya karena kerja sama ini melingkupi 30% dari Produk Domestik Bruto (GDP) global serta lebih dari 50% populasi dunia. Peluang ini diyakini dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara dalam wilayah Indo-Pasifik. Namun, wilayah Indo-Pasifik menghadapi beberapa tantangan seperti perselisihan teritorial dan klaim perbatasan oleh beberapa negara seperti perselisihan Laut Cina Selatan.
Selain itu, Prof. Purnomo Yusgiantoro juga menitik beratkan bahwa Indonesia harus dihormati sebagai negara kepulauan yang disahkan oleh United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982 yang ditandatangani oleh lebih dari 100 negara. Prof. Purnomo Yusgiantoro juga berpendapat bahwa konsep kerja sama maritim harus sejalan dengan Perjanjian (Memorandum of Understanding/MoU) Kemitraan Strategis Indonesia – Amerika Serikat yang ditandatangani oleh Presiden Indonesia dan Presiden Amerika Serikat pada 26 Oktober 2015. MoU melingkupi cakupan umum dan khusus dari kerja sama maritim. Kerja sama khusus mendukung kerja sama pertahanan dan keamanan yang komprehensif, mendukung pertumbuhan ekonomi dan perkembangan nasional. Kerja sama maritim telah benar-benar diterapkan oleh berbagai negara seperti pada pengesahan MoU antara Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (BAKAMLA) dan Penjagaan Pantai Amerika Serikat (US Coast Guard).
Pembicara-pembicara lainnya pada konferensi ini adalah Laksamana Muda (Purn) Peter A. Gumataotao (Direktur Daniel K. Inouye Asia – Pasifik Center for Security Studies), Ibu Stephanies Juwana (Asisten Hukum untuk Penasihat Khusus di Satuan Tugas Kepresidenan Indonesia dalam Pemberantasan Penangkapan Ikan secara Ilegal (Satgas 115)), Bapak Carlton R. Cramer (Dekan Daniel K. Inouye Asia – Pasifik Center for Security Studies), Bapak Dade Ruskandar (Kepala Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (BAKAMLA)), Bapak James L. Duval ( Dekan Universitas Maritim Raja Ali Haji, Indonesia), Bapak Paulus Tjakrawan Taningdjaja (Wakil Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI)), Bapak Michael D. Tosatto (Regional Administrator for National Oceanic and Atmospheric Administration, National Marine Fisheries Service Pacific Island Regional Office), Bapak Budhi Halim (Indonesian National Shipowners Association), dan pembicara terakhir adalah Prof. Melda Kamil Ariadno (Dekan Fakultas Hukum, Universitas Indonesia).