Disrupsi Besar-besaran di Pasar Energi Global: Pelajaran untuk Ketahanan Energi Indonesia

Sen, 09 Mei 2022

6

Jakarta, 23 April 2022 – Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) mengadakan acara The Ensight dengan tema “Disrupsi Masif di Pasar Energi Global: Pelajaran untuk Ketahanan Energi Indonesia”. Pembicara pada acara ini adalah Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia, Andi Widjajanto; dan Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara (PGN), Arcandra Tahar; dengan moderator Budi Prayogo Sunariyanto (Peneliti PYC).

Acara dibuka oleh Ketua PYC, Filda C. Yusgiantoro. Dalam sambutannya, Filda menyampaikan bahwa akhir-akhir ini telah terjadi peristiwa yang berdampak global, yaitu Pandemi Covid-19, krisis iklim, Konflik Rusia-Ukraina, dan krisis energi. Hal ini merupakan disrupsi yang berpotensi memengaruhi perekonomian dan ketahanan energi. Lebih lanjut, Filda mengatakan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk Energi Baru Terbarukan (EBT), namun pemanfaatannya belum optimal. Ini juga bisa menjadi ancaman bagi perekonomian dan ketahanan energi Indonesia.

Pembicara pertama, Andi Widjajanto, mengatakan bahwa terdapat hubungan erat yang memengaruhi fluktuasi harga energi dan ketidakstabilan dengan disrupsi global seperti Perang Teluk, runtuhnya Uni Soviet, dan konflik Rusia-Ukraina saat ini. “Tidak ada satu aktor pun di dunia yang dapat mengontrol stabilitas harga energi global,” ujar Andi. “Ini terkait dengan dinamika pasar bebas dan dinamika geopolitik global,” lanjutnya. Terkait energi terbarukan, Andi mengatakan bahwa transisi energi ini masih merupakan pekerjaan rumah panjang bagi Indonesia. Oleh karena itu, energi campuran adalah salah satu konsep yang bisa dilakukan, yaitu dengan menggunakan energi fosil dan mengembangkan EBT. Lebih lanjut, Andi mengungkapkan bahwa Lemhannas sedang mengembangkan Kerangka Ketahanan Energi Terbarukan untuk membantu pemerintah dalam transisi energi.

Pembicara kedua, Arcandra Tahar, mengatakan bahwa disrupsi terdiri dari 3 periode, yaitu periode lama (masa teknologi yang mendekati akhir usia), periode sekarang (masa investasi pada inisiatif yang berhasil dijalankan dan digunakan dalam kehidupan), dan periode baru yang juga disebut disrupsi. Arcandra mengatakan bahwa Indonesia harus memiliki strategi sendiri dalam mewujudkan Net Zero Emission (NZE). Indonesia harus merumuskan strategi dengan melihat pelajaran dari Eropa (yang menerapkan diversifikasi) dan Amerika Serikat (yang menerapkan dekarbonisasi). Lebih lanjut, Arcandra mengatakan bahwa strategi ini juga harus memperhitungkan faktor geografis Indonesia. Di akhir presentasinya, Arcandra mengatakan bahwa strategi ketahanan energi untuk Indonesia adalah berbasis pasokan domestik (penggunaan pasokan energi domestik).

Pendiri PYC, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan “Transisi energi masih dalam proses yang masih terus dilakukan dari waktu ke waktu,” pada sesi penutupan The Ensight. Selain itu, tidak ada teori yang dapat menjelaskan harga ekonomi energi, ini termasuk ketidakpastian dalam VUCA (volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, ambiguitas). Purnomo juga menyebutkan bahwa ketahanan energi sangat erat kaitannya dengan geopolitik dan stabilitas keamanan global.

Bagikan:

Kegiatan Terkait

Call For Papers

Penutupan Rangkaian Workshop “Ekonometrika dan Machine Learning for Forecasting”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Search