Gambar 1 Bapak Luluk Sumiarso (memegang pointer) selaku perwakilan PYC memberikan presentasi mengenai energi di industri manufaktur dalam FGD yang diadakan oleh Bappenas dan ERIA

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bekerja sama dengan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) pada 28 September 2018 di kantor ERIA. Pembahasan ini merupakan bagian dari penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Diskusi ini bertujuan untuk berbagi ide dan wawasan tentang isu-isu strategis terkini dalam pengembangan industri manufaktur, khususnya dari sisi energi. Output tersebut akan dimasukkan ke dalam draft Sektor Manufaktur dalam RPJMN 2020-2024.

Diskusi tersebut dihadiri oleh beberapa peserta dari Bappenas, ERIA, jajaran pengambil kebijakan Kementerian, akademisi, dan pihak swasta. Pemateri dalam diskusi ini adalah perwakilan dari Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, sedangkan peserta lainnya adalah Direktur Industri Kimia Hulu Kementerian Perindustrian, PT. Pupuk Indonesia, PT. PLN (Persero), PT Perusahaan Gas Negara Tbk, Himpunan Kawasan Industri, PT. PGN LNG, Kementerian Koordinator Perekonomian, dan Asosiasi Insinyur Indonesia. Acara dimoderatori oleh Bapak Dionisius Narjoko, perwakilan dari ERIA.

Bapak Luluk Sumiarso, perwakilan dari PYC, menjadi pembicara pertama acara tersebut. Ia mempresentasikan penelitian terbaru PYC tentang energi di sektor manufaktur dan memulai presentasi dengan menjelaskan kondisi pasokan dan permintaan energi di industri manufaktur saat ini. Ia menyatakan bahwa kebutuhan energi industri akan terkonsentrasi di Kawasan Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan smelter karena cenderung memiliki intensitas energi yang tinggi. Ia juga menunjukkan pentingnya ketersediaan pasokan energi dan harga yang kompetitif untuk memastikan perkembangan dan daya saing industri. Ia menutup penjelasan dengan menyinggung permasalahan energi di sektor manufaktur seperti ketersediaan pasokan energi di beberapa industri, tingginya harga energi untuk industri, serta penerapan langkah-langkah efisiensi, dan konservasi energi di industri tersebut. Masalah-masalah ini harus ditangani untuk memastikan pertumbuhan dan daya saing industri.

Bapak Afrizal selaku perwakilan dari Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengawali presentasinya dengan menyebutkan Trilema Energi yang memperhatikan Ketahanan Energi, Kelestarian Lingkungan, dan Pemerataan Energi dalam pengembangan energi, khususnya dalam pembangunan ketenagalistrikan. Ia menyatakan bahwa tujuan pemerintah adalah memastikan masyarakat mendapatkan harga listrik yang murah sehingga perekonomian dan industri tumbuh lebih baik. Ia menggambarkan kondisi kelistrikan Indonesia dengan menonjolkan kapasitas dan harga saat ini. Ia membandingkan harga listrik Indonesia dengan negara ASEAN. Harga listrik untuk pelanggan industri di Indonesia lebih rendah dari harga di Thailand, Singapura, dan Filipina. Namun, harganya lebih mahal daripada di Malaysia. Dalam pemaparannya dijelaskan tentang penyusunan rancangan baru Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2018-2037 yang berisi Kebijakan Ketenagalistrikan Nasional, Rencana Pembangunan Ketenagalistrikan, Kondisi Ketenagalistrikan Nasional, dan Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik yang dihitung berdasarkan data historis dari sisi suplai. Bagaimanapun, menurutnya metode ini sulit digunakan untuk memprediksi perkembangan pesat dan pengurangan biaya teknologi.

FGD dilanjutkan dengan sesi tukar wawasan dari peserta lainnya. Berbagai gagasan dibahas dalam sesi ini seperti anjuran pengembangan industri yang dekat dengan sumber energi, kebutuhan harga gas yang kompetitif, serta penerapan langkah-langkah efisiensi dan konservasi di industri. Diskusi berlangsung secara interaktif dan berjalan dengan lancar. Terakhir, diskusi memberikan perspektif yang luas dan gagasan yang mendalam tentang masalah energi di industri manufaktur Indonesia.

Berita sebelumyaUlang Tahun ke-2 PYC: Penghargaan Kompetisi Karya Ilmiah “Energy Law, Governance and Policy”
Artikulli tjetërWorkshop: Coordination Forum for Sustainable Off-Grid Rural Electrification

BERIKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini