Gambar  1. Dwi Soetjipto (Kepala SKK Migas) memaparkan strategi untuk meningkatkan cadangan dan produksi minyak dan gas nasional 

Cadangan minyak dan gas nasional akan habis dalam kurun waktu 20 tahun mendatang. Pada saat yang sama, produksi domestik sudah tidak mampu memenuhi konsumsi dalam negeri. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan strategi untuk meningkatkan produksi serta cadangan minyak dan gas. Topik ini menjadi pembahasan dalam Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung. Dwi Soetjipto (Kepala SKK Migas) dan Prof. Doddy Abdassah (Guru Besar Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung) diundang sebagai pembicara untuk memaparkan gagasan-gagasannya.

Pada sesi pertama, Dwi Soetjipto menyajikan perkembangan terkini mengenai industri minyak dan gas. Dwi Soetjipto mengungkapkan bahwa 74 dari 128 cekungan di Indonesia belum dibor dan terindikasi bahwa Indonesia masih memiliki potensi yang penting dalam penemuan minyak dan gas. Oleh sebab itu, perusahaan minyak nasional dan swasta didorong untuk berinvestasi dan mengeksplorasi cekungan yang belum dibor untuk meningkatkan cadangan dan sumber daya potensial di Indonesia. Penggantian skema pembayaran, yang asalnya biaya dan pemulihan/cost and recovery menjadi pendapatan kotor berskala/gross split, diberlakukan untuk mendukung kegiatan bisnis yang lebih efisien. Selain itu, 44 dari 217 konsesi telah mengubah skema pembayarannya menjadi pendapatan kotor berskala/gross split.

Eksplorasi, penambangan, dan optimalisasi ladang minyak dan gas di Indonesia dibutuhkan demi mencapai energi berkelanjutan. Kedua metode pertama diperlukan bagi Indonesia Timur untuk mencari sebuah penemuan. Di sisi lain, optimalisasi merupakan opsi terbaik untuk meningkatkan produksi minyak di Indonesia Barat. Enhance oil Recovery (EOR) adalah satu dari beragam cara untuk mengoptimalkan produksi minyak dan gas. Namun, metode ini digunakan secara pasif karena kegagalan sebelumnya. Pada sesi kedua, Prof. Doddy Abdassah menyoroti penggunaan EOR yang dapat mengangkat residu saturasi minyak, maksimum 70 persen dari faktor pemulihan. Permasalahannya adalah tingginya harga EOR. Oleh karena itu, Prof. Doddy Abdassah menyarankan injeksi gas langsung dari ladang Natuna dan penggunaan limbah agrikultur sebagai surfaktan EOR untuk mengatasi masalah ini. Prof. Doddy Abdassah meyakini solusi ini akan mendorong perusahaan minyak nasional dan swasta untuk menerapkan teknologi EOR secara besar-besaran dan hal ini akan meningkatkan cadangan serta produksi minyak dan gas.

Berita sebelumyaPeluncuran buku: “Kepemimpinan Nusantara”
Artikulli tjetërPYC Energy Short Course 2019 Efisiensi Energi Terhadap SNI ISO 50001

BERIKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini