Gambar 1 Indonesia International Defense Science Seminar (IIDSS)
Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan) mengadakan Indonesia International Defense Science Seminar (IIDSS) 2018 dengan tema “Strengthening Defense Diplomacy to Address Common Security Challenges” pada 10-11 Juli 2018 di Grand Mercure Hotel Kemayoran, Jakarta. IIDSS telah dilaksanakan dua kali sejak tahun 2017. Di tahun 2018, seminar ini berfokus pada keamanan, stabilitas, dan isu kemanusiaan serta materi yang berkaitan dengan studi pertahanan dan teknologi pertahanan di dunia. Acara ini dihadiri oleh pelajar, akademisi, professional, pemerintahan, TNI, kepolisian, Agensi Intelijen, perwakilan dari institusi pertahanan luar negeri, para duta besar, dan angkatan bersenjata asing.
IIDSS dibuka oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia, Jenderal (Purn.) Dr. Wiranto. Di pidato pembukaannya, Jenderal (Purn.) Dr. Wiranto mengapresiasi Unhan untuk IIDSS 2018. Menurutnya, acara ini merupakan salah satu kontribusi Indonesia untuk pembentukan tatanan dunia berdasarkan kebebasan. Isu dari IIDSS adalah seputar diplomasi pertahanan, seperti dalam diplomasi yang memanfaatkan sumber daya pertahanan melalui cara dan metode diplomatis untuk tujuan kedamaian.
Selain itu, Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Jenderal (Purn.) Ryamizard Ryacudu menjadi pembicara utama dalam acara IIDSS. Ia menekankan dalam pidatonya bahwa konsep diplomasi pertahanan dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia saat ini sedang diimplementasikan melalui pendekatan strategis dan halus dari Diplomasi Pertahanan dengan Four Framing Pillar, pendekatan persahabatan dengan 4 kekuatan mayor di wilayah Indo-Pacific, Amerika Serikat, Rusia, dan ASEAN. Hal ini melingkupi bagaimana menghadapi konflik dan perselisihan di Laut Cina Selatan yang melibatkan beberapa negara di wilayah tersebut.
IIDSS mengadakan 6 sesi dalam dua hari dengan pembicara-pembicara dari masing-masing topik di sesi yang berbeda. 6 sesi tersebut adalah (1) Weapons of Mass Destruction (WMD), (2) Transnational Organized Crime (TOC), (3) Tantangan Terorisme dan Separatis, (4) Sumber Daya Alam dan Energi, (5) Bantuan Kemanusiaan dan Bencana, dan (6) Media dan Informasi. Dalam acara ini, para pembicara yang berpengalaman dan profesional dari Indonesia dan luar negeri hadir untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan seputar pengembangan sektor pertahanan di seluruh dunia.
Global Diplomacy on Non-Proliferation of Weapons of Mass Destruction (WMD)
Sesi pertama terdiri dari empat pembicara dengan Kolonel Jonni Mahroza OBE., Ph.D. sebagai moderator. Kolonel Dmitry Zaporozhets selaku Wakil Kepala International Treaty Directorate of the Main Department of International Military Cooperation of the Ministry of Defense Rusia membicarakan seputar Global Diplomacy on Non-Proliferation of Weapons of Mass Destruction (WMD). Kolonel Dmitry membicarakan peran dari Kementerian Pertahanan Rusia dalam memenuhi kewajiban internasional dari Federasi Rusia dalam hal pelucutan senjata kimia. Dr. Lijun Shang, sebagai dosen pengajar di University of Bradford, membicarakan seputar pencegahan senjata kimia: kontrol dan pelucutan senjata. Secara teori, terdapat dua senjata kimia, yaitu classical chemical agents (Nerve Agents) dan Industrial Chemical (Chlorine).
Prof. Marie Isabelle Chevrier dari Rutgers University, Canden, Amerika Serikat, menjelaskan sejarah penggunaan senjata kimia dan hukum yang mengatur senjata tersebut, seperti Perang Syria saat ini. Penggunaan senjata kimia dapat secara cepat membunuh banyak orang. Kemudian pada sesi terakhir adalah Dr. Shri Sudhir Kumar Mishra dari Brahmos Aerospace (Kerja Sama India-Rusia) yang menjelaskan Evolusi, Pengembangan, dan Masa Depan Rudal Jelajah, cara penggunaan misil yang mengandung material berbahaya dan seberapa jauh dapat menjangkau target pertempuran.
Transnational Organized Crime (TOC)
Sesi kedua di IIDSS membahas seputar Transnational Organized Crime (TOC) dengan Laksamana Muda (Purn.) Surya Wiranto sebagai moderator. Laksamana Madya (Purn.) Desi Albert Mamahit sebagai pembicara pertama di sesi ini membahas kerja sama dalam Angkatan Laut dan lembaga lain untuk melawan perdagangan narkoba di Indonesia. Brigadir Jenderal (Pol) Puji Sarwono sebagai Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama Badan Narkotika Nasional (BNN) membahas Transnational Cooperation Policy (TNCP) untuk melawan pencucian uang dari obat-obatan terlarang dan menindak Transnational Crime (TNC). Setelah itu, Drs. Kiagus Ahmad Badaruddin M.Sc. sebagai Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) berbicara tentang penindakan transnational organized crime (TOC) di wilayah ASEAN. Kemudian, pembicara terakhir di sesi ini adalah Alexey Pronichkin dari Rusia yang berbincang mengenai keamanan cyber laut.
Sumber Daya Alam dan Energi (Energy and Natural Resources)
Sesi ketiga di Indonesia International Defense Science Seminar (IIDSS) 2018 mencakup topik Energy and Natural Resources – Promoting Sustainable Resources Development. Selama sesi ini, para pembicara menekankan pentingnya pengembangan sumber daya berkelanjutan dalam memajukan pertahanan nasional. Terdapat empat pembicara di sesi ini, yaitu dua dari Indonesia dan dua lainnya dari negara asing.
Pembicara pertama adalah Dr. Haryo Budi Nugroho selaku Asisten Deputi Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia bidang Penetapan Batas Maritim. Dr. Haryo berbicara seputar peran Indonesia dalam menegakkan perjanjian UNCLOS di Laut Cina Selatan. Laut Cina Selatan telah menjadi area perselisihan beberapa negara tetangga dengan beberapa negara yang menyatakan batas teritorial versi masing-masing negara. Klaim Tiongkok terhadap Laut Cina Selatan telah dianggap berlebihan dan memicu konflik dengan negara-negara tetangga. Laut Cina Selatan adalah wilayah yang penting dengan sumber daya alam yang sangat besar, termasuk reservoir minyak dan gas. Meskipun hak kemaritiman Indonesia di dalam Laut Cina Selatan telah dijamin dalam 1982 UNCLOS, adalah hal yang penting untuk menengahi para negara tetangga agar menghormati perjanjian yang ada. Karena Indonesia telah dianggap sebagai pebisnis terjujur dalam kasus Laut Cina Selatan, posisi diplomatis Indonesia merupakan alat penting dalam menyelesaikan perselisihan Laut Cina Selatan.
Pembicara selanjutnya adalah Dr. Martin Anda dari Murdoch University, Australia. Ia menekankan kemajuan dan pengembangan Energi Terbarukan di Indonesia bagian timur untuk mencapai target Paris Agreement. Ia menyebutkan bahwa Indonesia dan Australia tengah menghadapi tantangan yang serupa. Indonesia menetapkan target 23% bauran energi di tahun 2025, sedangkan Australia berencana untuk memiliki 20% listrik dari energi terbarukan pada 2020. Tidak hanya sasaran tersebut yang serupa, Indonesia dan Australia juga memiliki potensi energi terbarukan yang serupa, sehingga kerja sama di bidang riset dan pengembangan teknologi terkait antara kedua negara merupakan hal yang penting. Dr. Martin melihat Indonesia Timur sebagai area utama untuk pengembangan energi terbarukan karena Indonesia Timur memiliki potensi energi terbarukan yang besar dan telah menjadi sasaran pengembangan infrastruktur selama beberapa tahun. Murdoch University telah bekerja sama dengan beberapa institusi Indonesia untuk melakukan riset dan pengembangan aplikasi energi terbarukan untuk daerah terisolasi di Indonesia dan menargetkan untuk memperluas area mereka lebih jauh dengan kerangka kerja pengembangan selanjutnya.
Alexander Rusev dari International Power Supply merupakan pembicara ketiga dengan fokus pada sistem daya hybrid dan off-grid. Bapak Alexander menyoroti tantangan elektrifikasi Indonesia dengan wilayah perbatasan sebagai titik fokus. Wilayah perbatasan di Indonesia sebagian besar terletak pada lokasi tanpa jaringan listrik yang hanya mengandalkan pembangkit tenaga diesel. Terdapat banyak pangkalan militer yang membutuhkan suplai listrik yang cukup untuk beroperasi di wilayah-wilayah ini. Alexander mengajukan sistem elektrifikasi off-grid yang didukung oleh tenaga surya. Sistem yang diajukan dirancang untuk dapat diandalkan di wilayah tersebut dan hanya membutuhkan perawatan yang minimum (hingga nol) yang akan cocok dengan tantangan yang dihadapi Indonesia pada elektrifikasi wilayah perbatasan. Selain itu, sistem ini juga menawarkan sistem pemantauan kepada pengguna berbasis cloud yang cukup penting digunakan di area perbatasan. IPS juga memiliki banyak pengalaman di elektrifikasi pangkalan militer dan sedang menjalani riset bersama dengan UNHAN, ITB, dan PT. Len. Ia percaya bahwa sistem elektrifikasi off-grid yang ditawarkan dapat menjadi jawaban dalam menghadapi tantangan ini.
Pembicara terakhir adalah Dr. Darmansjah Djumala, M.A. sebagai Duta Besar Indonesia untuk Austria dan Slovenia. Dr. Darmansjah berfokus pada diplomasi multilateral yang sederhana dalam memajukan kesejahteraan melalui penggunaan damai dari nuklir. Energi nuklir masih selalu menjadi kasus kontroversial. Meskipun energi nuklir dapat memberikan banyak aplikasi yang amat membantu, ketakutan akan penyalahgunaan energi nuklir sebagai sebuah senjata selalu menyelimuti pikiran setiap negara. Sebuah konsep diplomasi multilateral yang sederhana diharapkan dapat menciptakan kesempatan untuk mengembangkan aplikasi energi nuklir di sebuah negara. Pertama, adalah hal yang penting untuk memiliki hubungan multilateral yang baik dan menciptakan pemahaman yang luas terhadap penggunaan nuklir. Nuklir dapat dimanfaatkan dalam berbagai pertahanan non-tradisional seperti mensuplai energi dan aplikasi medis. Indonesia telah bekerja bersama dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) untuk memulai beberapa inisiatif untuk mengembangkan aplikasi energi nuklir.
Tantangan Terorisme dan Separatis (Terrorism and Separatism Challenges)
Di sesi keempat dari hari kedua IIDSS, topik diskusi yang diangkat adalah Terrorism and Separatism Challenges yang dimoderatori oleh Kolonel Dr. Ir. Rudy Agus Gemilang Gultom, M.Sc. Brigadir Jenderal (Purn.) Rolando Jungco dari National Defense College of the Philippines berdiskusi mengenai kerja sama Asia Tenggara untuk kestabilan regional: The Case of Counters – terrorism intiatives. Kemudian Prof. Paul A. Jargowsky dari Rutgers University, Camden, Amerika Serikat, mendiskusikan segregasi perkotaan dan peningkatan kerusuhan sipil, pergerakan separatis, dan terorisme. Ia memaparkan sebuah argumen ilmiah bahwa kemiskinan merupakan akar dari pergerakan separatis dan terorisme. Disamping itu, Rafendi Djamin selaku penasehat senior dari Human Rights Working Group (HRWG) membahas krisis manajemen pemindahan paksa di negara bagian Rakhine.
Bantuan Kemanusiaan dan Bencana Alam (Humanitarian Assistance and Disaster Relief)
Pada sesi kelima, diskusi mencakup Bantuan Kemanusiaan dan Bencana Alam (Humanitarian Assistance and Disaster Relief) Bersama Nugroho Adi Sasongko, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku moderator. Andre Omer Siregar selaku Direktur Asia Pacific and African Inter-Regional Cooperation berbicara seputar kerja sama wilayah untuk merespon Impact of Sea Level Rise and Climate Change on the Island Nations: Indonesia Perspective. Kemudian, Stephen Cameron dari Oxford University Department of Computer Science mendiskusikan proyek SUAAVE (drone) untuk kegiatan pemetaan. Pembicara terakhir di sesi ini adalah Prof. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo dari Chiba University yang membahas teknologi satelit untuk mendukung manajemen bantuan bencana alam.
Media dan Informasi (Media and Information)
Media dan informasi merupakan sesi dan bagian terakhir dari seri IIDSS. Sesi ini dimoderatori oleh Aris Arif Mundayat, Ph.D. Akhyari Hananto selaku pendiri sekaligus kepala editor dari Good News from Indonesia membicarakan media positif dan beragam isu di media online. Sesi ini mendiskusikan bagaimana sikap positif memiliki peluang dan bagaimana media mencegah isu HOAX. Kemudian, pembicara selanjutnya adalah Ardi Sutedja selaku Ketua dan pendiri Forum Keamanan Maya. Ardi berbincang seputar tantangan revolusi media 4.0. dalam menjaga integritas informasi terhadap era penyebaran berita yang tidak benar. Pembicara terakhir adalah Augustine Chiew dari perusahaan telekomunikasi HUAWEI. Augustine berbicara seputar efektivitas dan manfaat-manfaat dari media dan informasi saat ini.