Gambar 1 Rombongan PYC mengamati proses pengolahan logam berharga di museum Geologi.
Pada tanggal 21 April 2018, Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) mengunjungi Museum Geologi di Bandung. Museum yang menyimpan berbagai koleksi benda geologi dan arkeologi ini berada di bawah struktur Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Museum Geologi diresmikan pertama kali oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 16 Mei 1929. Gedung ini pada awalnya adalah kantor pemerintah Hindia Belanda untuk pelayanan geologi, dan dilengkapi dengan fasilitas laboratorium geologi, serta museum untuk menyimpan dan mendemonstrasikan hasil survei (penyelidikan dan pengamatan) geologi.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda (1929-1941), Museum Geologi dinamakan “Geologisch Laboratorium”. Beberapa peneliti geologi dari pemerintah Belanda saat itu mendapat tugas meneliti energi dan sumber daya mineral di kawasan Hindia (sekarang Indonesia), dan pengerjaan laboratoriumnya dilakukan di Museum Geologi. Saat ini, Museum telah direnovasi dengan dana hibah dari JICA (Japan International Cooperation Agency). Setelah mengalami renovasi besar-besaran, Museum Geologi dibuka kembali dan diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia saat itu, Megawati Soekarno putri pada tanggal 23 Agustus 2000.
Museum Geologi juga merupakan salah satu monumen bersejarah. Gedung ini terdiri dari tiga lantai (satu lantai dibawah tanah) yang merupakan tempat penyimpanan dan pengelolaan bahan geologi yang melimpah seperti fosil, batuan, dan mineral. Bahan-bahan ini dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak tahun 1850, dan terdapat beberapa koleksi pertukaran dan hibah dari negara lain. Museum ini pun memiliki beberapa maket dan benda peninggalan dari sisa-sisa berbagai bencana gunung berapi di Indonesia.