Gambar 1 Sambutan dari Izuru Kobayashi selaku COO, Direktur Umum Administrasi dan Bagian Kepegawaian ERIA.
Dalam rangka promosi versi terbaru dari “Economic Outlook for Southeast Asia, Tiongkok and India 2018” (Outlook Ekonomi tahun 2018 di Asia Tenggara, Cina dan India), OECD bekerjasama dengan ERIA sebagai rekan-kerja regional yang melaksanakan Seminar pada tanggal 23 Juli 2018, di Kantor ERIA Jakarta. Outlook versi terakhir diluncurkan tahun lalu pada KTT Bisnis & Investasi ASEAN di Manila, sedangkan versi terbaru akan diluncurkan pada bulan Juli 2018. Outlook sebelumnya berfokus pada digitalisasi dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi ASEAN, Tiongkok, dan India, maka versi terbaru akan fokus pada tumbuh kembang Asia di era e-commerce lintas-batas. Lurong Chen (ahli ekonomi ERIA) sebagai moderator, memperkenalkan 2 pembicara, yaitu Kensuke Tanaka, Kepala Pusat Pengembangan OECD bagian Asia dan Prasiwi Ibrahim, Ahli Ekonomi Pusat Pengembangan OECD, serta 2 orang sebagai pembahas, yaitu Anita Prakash, Direktur Umum dari bagian Desain Kebijakan ERIA dan Masahito Ambashi, Ahli Ekonomi ERIA.
Laporan terbaru menunjukkan adanya kecenderungan ke arah positif untuk pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN pada tahun 2017. Namun, prediksi untuk tahun 2018 dan 2019 sedikit melemah bahkan menurun di beberapa negara seperti Malaysia. Indonesia diprediksi mengalami peningkatan pertumbuhan PDB dari 5,1% pada tahun 2017 menjadi 5,3% dan 5,4% pada tahun 2018 dan 2019. Hal ini terutama karena dampak dari perhelatan yang akan datang di Indonesia seperti Asian Games 2018 dan pemilihan umum presiden 2019. Walaupun secara umum terdapat beberapa kekhawatiran, seperti inflasi dan depresiasi mata uang, namun perekonomian Asia yang sedang bertumbuh-kembang akan tetap stabil di tahun 2019. Selain itu, Pertumbuhan e-commerce Asia, khususnya Tiongkok, merupakan yang tercepat di dunia. Saat ini, e-commerce telah menjadi salah satu alat ekonomi terpenting dalam interaksi serta transaksi antara pemerintah, dunia usaha, dan konsumen. Meskipun persentase e-commerce lebih kecil dari pasar tradisional, namun diperkirakan pertumbuhan pendapatan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2021. Dalam penggunaan internet, populasinya berbeda-beda di setiap negara. Misalnya, Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia menjadi tiga negara dengan persentase pengguna internet tertinggi di kawasan tersebut. Sedangkan Tiongkok, Indonesia, Malaysia, dan Thailand memiliki tingkat teknologi e-commerce yang relatif tinggi untuk keperluan bisnis. Maraknya era e-commerce harus diikuti oleh peningkatan pekerja terampil dan konsumen yang berpengetahuan. Peningkatan sumber daya manusia tersebut dapat dimulai dengan memberikan kursus literasi digital dalam kurikulum pendidikan, peralatan internet yang memadai, dan program pelatihan terkait. Berdasarkan data OECD tahun 2012 menunjukkan bahwa hampir 100 persen siswa di Singapura, Hong Kong, dan Makao memiliki setidaknya satu komputer di rumah, sedangkan di Indonesia hanya sekitar 26 persen. Lebih lanjut, keamanan digital dan perlindungan konsumen harus diantisipasi dengan menyediakan lembaga perlindungan konsumen, khususnya yang berkaitan dengan praktik kecurangan dan penipuan komersial lintas batas. Harmonisasi dalam regulasi frameworks dan pemberlakuan aturan diperlukan untuk memastikan kelancaran aliran data, persaingan yang adil, dan keamanan.