Seminar Nasional: Menjaga Ketahanan Energi Indonesia dan Mencapai Nol Emisi melalui Teknologi dan Pendidikan Teknik Perminyakan

Rab, 24 Nov 2021

6

Bandung, 27 November 2021 – Purnomo Yusgiantoro Center bekerja sama dengan Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan Seminar Nasional berjudul “Menjaga Keamanan Energi Indonesia dan Mencapai Emisi Nol Bersih melalui Teknologi & Pendidikan Teknik Perminyakan”. Seminar ini dilaksanakan secara daring pada hari Sabtu, 27 November 2021, dan dibuka dengan sambutan dari Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D, dan Ketua PYC, Filda C. Yusgiantoro, Ph.D.

Dalam sambutannya, Prof. Reini berharap produksi minyak dan gas dapat terus meningkat, mendukung penurunan impor gas, serta mengurangi defisit neraca perdagangan di sektor minyak dan gas.

Sejalan dengan pernyataan Rektor, Filda menyatakan dalam sambutannya bahwa produksi minyak nasional akan terus menurun jika tidak ada upaya untuk meningkatkan cadangan yang diterapkan, seperti peningkatan pemulihan minyak, atau penerapan teknologi optimisasi di lapangan. Filda juga menyampaikan bahwa teknologi diperlukan untuk meminimalkan emisi karbon yang dihasilkan dari sektor minyak dan gas, terutama minyak. Pelaksanaan acara ini juga mencerminkan cita-cita bersama PYC dan TM ITB, yaitu pentingnya peran dan kontribusi lembaga pendidikan dalam meningkatkan produksi minyak nasional serta pelaksanaan Revolusi Industri 4.0 dan Emisi Nol Bersih. Ia berharap acara ini dapat menjadi forum diskusi dan pertukaran ide agar cita-cita mulia ini dapat dicapai bersama.

Acara dilanjutkan dengan pidato kunci dari Dr. Ir. Airlangga Hartarto sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Airlangga mengatakan bahwa pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ke-4 mencapai 3,5 – 4%. Komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi juga telah diterapkan di berbagai sektor, terutama sektor perubahan penggunaan lahan dan sektor energi yang merupakan kontributor emisi terbesar di Indonesia.

Dalam pidato kunci berikutnya, Ir. Arifin Tasrif sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan tentang pengembangan implementasi energi bersih di Indonesia dalam bentuk peta jalan transisi energi menuju Emisi Nol Bersih. Dalam rencana tersebut, Arifin menyatakan bahwa pemerintah sedang melakukan pengembangan energi terbarukan secara masif untuk mencapai target 23% energi terbarukan baru pada tahun 2025. Selain itu, ESDM juga mendorong penggunaan kendaraan listrik, pemanfaatan penyimpanan baterai, dan pengembangan jaringan pintar. Selanjutnya, karena dalam 20 tahun ke depan Indonesia masih membutuhkan minyak dan gas untuk mempertahankan kemandirian energi, perlu diberikan insentif untuk menemukan sumber cadangan baru.

Setelah pidato kunci, acara dilanjutkan dengan 4 sesi panel dengan topik yang berbeda.

Sesi Panel 1: Kemajuan dalam Peningkatan Pemulihan Minyak

(Pem moderator: Ivan Kurnia, S.T., M.Sc., Ph.D. & Dr. Rani Kurnia)

  • Jaffee A. Suardin, S.T., M.Sc., Ph.D., Managing Director Pertamina Hulu Rokan
  • Erwinsyah Putra, B.Sc., M.Sc., Ph.D., Anggota Komite Investasi BoC PT Pertamina Hulu Energi
  • Taufan Marhaendrajana, M.Sc., Ph.D., Dosen Teknik Perminyakan ITB

Diskusi dalam sesi ini mengungkapkan potensi yang dimiliki Peningkatan Pemulihan Minyak (EOR) di Indonesia, dan kemampuannya sebagai solusi ganda untuk meningkatkan produksi minyak, serta mengurangi CO2 di atmosfer. Namun, proses pengujian mekanisme EOR kimia harus dikembangkan dan didukung, tidak boleh dipandang skeptis.

Sesi Panel 2: Pendidikan Teknik Perminyakan di Masa Depan

(Pem moderator: Zuher Syihab, S.T., Ph.D.)

  • Albertus Retnanto, B.Sc., M.Sc., Ph.D, Profesor Praktik Texas A&M University Qatar
  • Dr. Ing. Evita Legowo, Koordinator Energi Berkelanjutan dan Lingkungan di Swiss German University
  • Ir. Asep Kurnia Permadi, M.Sc., Ph.D, Dosen Teknik Perminyakan ITB

Menanggapi keraguan tentang masa depan Teknik Perminyakan, para akademisi di panel ini sepakat bahwa Teknik Perminyakan masih diperlukan dalam jangka panjang. Dr. Evita menekankan bahwa minyak masih merupakan komoditas yang berharga, dan berperan dalam transisi global di sektor minyak dan gas. Kemudian, tidak boleh dilupakan bahwa Indonesia memiliki pendidikan yang maju, terutama di industri geosains, tetapi kita harus cepat beradaptasi dengan kondisi saat ini.

Sesi Panel 3: Digitalisasi & IOT untuk Industri Hulu

(Pem moderator: Dr. Dedi Irawan, S.T., M.T. & Steven Chandra, S.T., M.T.)

  • Dr. Tutuka Ariadji, M.Sc., Ph.D., Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
  • Salis Aprilian, M.T., Ph.D., Pendiri dan CEO Digital Energy Asia
  • Ir. Amega Yasutra, S.T., M.T, Dosen Teknik Perminyakan ITB

Sejalan dengan perkembangan teknologi, pemanfaatan Kecerdasan Buatan dan Pembelajaran Mesin dapat diterapkan dalam industri minyak dan gas. Sistem digitalisasi ini memiliki potensi yang luas dan memberikan manfaat baik bagi operator maupun pemangku kepentingan seperti pemerintah, seperti mempercepat proses kerja lapangan manual agar lebih efisien dan cepat.

Sesi Panel 4: Keamanan Energi dan Nol Bersih 2060

(Pem moderator: Ir. Utjok W.R. Siagian, M.Sc., Ph.D. & Budi Sunariyanto, S.T., M.Sc. (PYC))

  • Ir. Djoko Siswanto, M.B.A., Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional
  • Fadli Rahman, S.T., M.Sc., Ph.D., Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina NRE
  • Ir. Doddy Abdassah, M.Sc., Ph.D., Dosen Teknik Perminyakan ITB

Minyak telah menjadi sumber energi utama Indonesia selama beberapa dekade, menjadi tulang punggung ekonomi, sektor transportasi, rumah tangga, dan industri di Indonesia. Negara-negara di seluruh dunia telah menetapkan target emisi nol bersih pada tahun 2050. Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Paris dan berkomitmen untuk mempercepat pencapaian Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC). Indonesia juga menargetkan Emisi Nol Bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Di sektor energi, transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan atau energi hijau dan pemanfaatan agresif teknologi bersih seperti CCS dan CCUS, dapat berdampak signifikan pada pencapaian Emisi Nol Bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat. Namun, perlu dicatat bahwa transisi energi harus dilakukan dengan hati-hati dan terencana dengan baik agar tidak mengganggu keamanan energi nasional.

Integrasi studi, teknologi, dan implementasi energi fosil dan energi terbarukan baru sangat penting. Dukungan atau kolaborasi lintas sektor dan pemangku kepentingan sangat diperlukan.

Bagikan:

Kegiatan Terkait

Call For Papers

Penutupan Rangkaian Workshop “Ekonometrika dan Machine Learning for Forecasting”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Search