Indonesia, untuk mencapai target bauran energi nasional pada tahun 2050 dan target net zero emission pada tahun 2060, membutuhkan rencana dan strategi, khususnya di sektor ketenagalistrikan. Laporan ini akan menguraikan strategi penguatan sistem kelistrikan di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) Indonesia dengan menggunakan metode kualitatif yang mencakup FGD (Focus Group Discussion), wawancara, dan kunjungan lapangan untuk memahami secara mendalam kompleksitas dan dinamika transisi energi di tingkat daerah. Laporan ini mengidentifikasi berbagai tantangan yang dihadapi dalam penyediaan energi di daerah-daerah terpencil, keterbatasan dalam implementasi roadmap energi terbarukan, dan evaluasi terhadap teknologi yang dapat mendukung upaya transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Hasilnya menunjukkan kondisi saat ini terkait kebijakan pemerintah terdapat keterbatasan pada sumber daya manusia yang kompeten dan anggaran pembiayaan energi listrik di wilayah terpencil. Kurangnya pengawasan terhadap pembangkit komunal yang sudah eksis di daerah menciptakan tantangan baru untuk keberlanjutan pemanfaatan energi listrik di daerah tersebut. Selain itu, kondisi infrastruktur saat ini dalam penyediaan energi listrik (produksi, transmisi, dan distribusi) masih menjadi kendala yang paling besar mengingat keterbatasan akan akses dan sebagian wilayah masih terisolasi. Oleh karena itu, perlu adanya strategi pengembangan ketenagalistrikan di daerah dan wilayah 3T seperti: perencanaan energi daerah yang konsisten, implementasi PLTD Hybrid, peningkatan kapasitas SDM di daerah, pengawasan pembangkit EBT, serta peningkatan akses terhadap sumber pembiayaan. Selain itu, penguatan infrastruktur dan konektivitas gris dengan melakukan penarikan jaringan 20 kV, mengingat solusi ini sangat efisien dan ekonomis dalam memperluas akses listrik.
DOI: https://doi.org/10.33116/pyc-br-8
By:
Michael Suryaprawira (Purnomo Yusgiantoro Center)
Ahmad Munawir Siregar (Purnomo Yusgiantoro Center)